Banda Aceh — Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), UIN Ar-Raniry sukses melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Concervation Rensponse Unit (CRU) Sampoiniet, Aceh Jaya, 17-18 November 2023 lalu.
Kegiatan dengan tema “Kolaborasi Internasional Program Studi Pendidikan Biologi FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh dengan Orangutan Information Center (OIC) serta Concervation Rensponse Unit (CRU) BKSDA Aceh,” ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi pada matakuliah Biologi Konservasi dan Botani Tumbuhan Tinggi.
Pada kedua matakuliah ini, mahasiswa mengamati dan mengidentifikasi tumbuhan dari beberapa pakan gajah di sekitaran wilayah CRU Sampoiniet tersebut serta dituntut belajar bagaimana wilayah konservasi gajah di lokasi itu.
Dalam wawancara mahasiswa Biologi Konservasi, beberapa pakan gajah berasal dari keluarga tumbuhan Fabaceae dan Poaceae.
“Di hutan, gajah ini bisa milih beragam tumbuhannya. Gajah Issabella dengan Johanna saja bisa berbeda pakan kesukaan mereka. Tumbuhan yang paling di sukain semua jenis gajah itu tumbuhan yang banyak getahnya. Tumbuhan karet rambung. Gajah disini biasa Pakan nya itu yang ada di hutan, seperti pelepah kelapa, rumput gajah yang tinggi-tinggi serta pohon yang memiliki buah yang tersedia di wilayah CRU Sampoiniet. Dalam 1 hari, gajah ini bisa menghabiskan ±60 pelepah kelapa” ujar mahout gajah tersebut.
“sebenarnya gajah jumlah pakannya itu 10-25% dari berat badannya” tambah, sang mohout.
Seringnya terjadi konflik antara satwa liar dan manusia membuat pemerintah Aceh seperti Dinas Kehutanan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Pemerintah Kabupaten di Aceh serta dibantu oleh Fauna and Flora Internastional (FFI) Program Aceh mendirikan Conservation Response Unit (CRU).
CRU Sampoiniet merupakan suatu lembaga konservasi gajah di bawah naungan BKSDA Aceh. Pada Juli 2008, resmi didirikan, dengan didatangkan empat ekor gajah jinak sumatera, mahout, ranger, dan beberapa orang masyarakat sekitar yang dilatih agar dapat membantu dalam memitigasi konflik satwa liar dan manusia.
Saat ini, CRU Sampoiniet memiliki dua ekor gajah, yakni Isabella yang paling tua, berusia 40 tahun dan Johanna, berusia 25 tahun. Mamalia bertubuh besar tersebut dibimbing oleh para mahout, ranger dan tim CRU lainnya. Dua gajah inilah garda terdepan dalam meredakan konflik gajah dengan manusia.
“Konflik gajah dan manusia itu biasanya terjadi karena manusia membuka lahan begitu luas hingga mengakibatkan habitat gajah rusak. Karena merasa terancam, gajah akan langsung berusaha mempertahankan habitat untuk kehidupannya,” ujar mahout gajah.
Mahout gajah tersebut juga menjelaskan tujuan utama didirikannya CRU ini yaitu untuk menjaga kelestarian flora maupun fauna yang ada. Terutama memastikan gajah Sumatera yang sekarang terancam punah agar tetap lestari dan dapat mempertahankan keturunannya dengan baik.
Selain melatih gajah-gajah, mahout di CRU juga berpatroli ke hutan. Bisa dilakukan dalam seminggu, sekali patrol. Berpatroli ini bertujuan mengawasi adanya gajah liar yang masuk ke perkampungan atau perkebunan warga serta membuka jalan baru.
“Setiap gajah mendapatkan perawatan dan pemeriksaan rutin oleh dokter hewan dari BKSDA, sebanyak 3 bulan sekali,” ujar mahout gajah tersebut